Dalam keterangan tertulis yang diterima media ini Selasa (18/8), Rahman Sabon Nama menjelaskan terkait kondisi anak-anak ini selama dua tahun di Bali dan alasan mengapa belum berangkat ke negara tujuan untuk studi dan magang.
Baca juga:Update Covid-19 Bali Selasa 18 Agustus 2020: Tambahan Satu Orang Meninggal Dunia
VIDEO: Ibunda Terobos Lampu Merah, Dua Anaknya ‘Disambar’ Truk hingga Meninggal
Rahman mengaku, untuk menjelaskan kondisi ini, dia sudah dua kali mengumpulkan para orangtua anak-anak asal Flores Timur di Larantuka dalam pertemuan pada 11 Juli 2020 dan 17 Juli 2020.
Pada pertemuan kedua itu juga dihadiri oleh Bupati Flores Timur Anton Hadjon,
kemudian dilanjutkan pertemuan dengan rektor ITB STIKOM Bali pada 30 Juli 2020 di Denpasar Bali.
Pertemuan ini berlangsung antara seluruh mahasiswa asal Flores Timur bersama Rektor.
“Dalam pertemuan itu, semua masukan dan keluhan para orangtua kami dengar untuk sama-sama mencari solusi terbaik, Bupati juga akan memperhatikan sungguh-sungguh masukan dari para orag tua.
Tidak orangtua yang merasa kami tipu menelantarkan anak mereka karena situasi covid ini.
Kalau mereka galau karena anaknya lama menunggu ya. Itu saya juga pahami.
Dalam pertemuan dengan pak rektor juga sudah dijelaskan kondisi saat ini dan pak rektor meminta mereka bersabar sambil tetap melanjutkan kuliah di ITB STIKOM Bali.
Sebab dalam situasi ini, kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu saya heran kalau mereka lapor polisi,” terang Rahman Sabon Nama.
Sebelumnya, sebanyak empat anak asal Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT mengadu ke Polresta Denpasar, Selasa (18/8).